Puisi ku

Kamis, 19 April 2012




cita-cita dan impian

Cita - cita bukanlah untuk disombongkan
Cita - cita bukanlah seuatu mimpi yang harus berada dalam logika dan hati
Cita - cita bukanlah sekedar keinginan  yang dapat hilang dalam sekejap
                                    
Cita - cita bukan sebuah hal yang instan
Cita - cita adalah keberanian jiwa tuk maju                  
Cita - cita adalah sebuah pengorbanan tanpa letih                       
Cita - cita adalah sebuah pembentukan kepribadian
Cita - cita adalah sebuah proses dalam pencaharian jati diri

Cita - cita adala harta berharga  yang membuat kita bertahan hidup
Cita - cita harus dipersatukan dalam nafas dan aliran darah serta detukan jatung
Cita - cita yang membangkitkan mu dari kejatuhan hidupmu
Cita - cita yang memberikan kedamaian dalam asa mu
Cita -cita adalah penguji kemampuan dan kesanggupanmu dalam meraih keinginan yang sejati



Cita-citaku Belum Usai

Guyuran hujan masih deras

Berkorban

Selasa, 10 April 2012

BerjuangMeraih Ilmu, Berkorban Wujudkan Cita-cita

Media massa telah merubah banyak cita-cita. Dulu, sebutlah 20 tahun yang lalu, yang kerap ditampilkan media massa adalah tokoh-tokoh dari latar belakang pendidikan insinyur dan kedokteran. Akibatnya, anak-anak sekolah semasa itu pun menggumpalkan cita-cita mereka ke kedua bidang tersebut. Karena itulah, jurusan bahasa di sekolah menengah lantas menjadi jurusan buangan untuk mereka yang dinilai tak layak masuk jurusan ilmu pasti dan ilmu sosial.
Murid jempolan di sekolah menengah adalah mereka yang duduk di kelas ilmu pasti. Perguruan tinggi pun mengutamakan mereka sebagai anak didik nomor wahid. Lulusan ilmu pasti dengan leluasa serta diberikan kebebasan yang luar biasa untuk berhak mengikuti tes masuk ke bidang eksakta dan non-eksakta. Sebaliknya, mereka yang dari jurusan sosial dan bahasa hanya berhak ikut tes di kelompok non-eksakta saja. Maka, tak mengherankan pula jika dalam kehidupan masyarakat, dominasi kelompok eksakta ini menjadi dominan.
Setelah reformasi, berbagai jenis media bermunculan. Baik media cetak, media audio, media audiovisual, dan media internet. Ragam media yang dikonsumsi masyarakat makin banyak. Variasi content yang menerpa masyarakat juga makin variatif. Cerita tentang orang yang memiliki sejumlah Warung Tegal dengan penghasilan yang menggiurkan, bertebaran di media. Tulisan tentang mereka yang beternak lele serta berdagang ikan konsumsi lainnya, dengan pemasukan puluhan juta rupiah per bulan, ada di berbagai media.

Demikian juga dengan content tentang mereka yang memilih pensiun dini setelah bekerja bertahun-tahun, kemudian beralih menjalankan warung mie, usaha aksesori, menyewakan mesin fotocopy, lalu meraup keuntungan tak alang-kepalang. Begitu pula dengan wawancara dengan mereka yang sukses secara finansial, meski mereka tak berpendidikan tinggi. Semua itu mengisi ruang-ruang media massa. Kisah-kisah mereka bertebaran di mana-mana dan diakses banyak kalangan.

Berbagai Cerita

Selasa, 03 April 2012


Dokter adalah seseorang yang mempunyai jasa menyembuhkan pasien atau seseorang yang sedang sakit. Dokter dapat menyembuhkan penyakit yang diderita pasien. Apabila aku besar nanti, aku akan menjadi dokter. Karena dokter adalah seseorang yang sangat berjasa. Aku ingin menjadi dokter karena dapat menyembuhkan pasien yang terkena penyakit. Dan di saat-saat ini aku akan belajar dengan sepandai-pandainya agar aku dapat meraih cita-citaku yang ingin menjadi dokter. Karena disaat kita kecil kita selalu dibahagiakan orang tua. Tapi saat kita akan menjadi orang yang sukses, kita harus membahagiakan orang tua.
Disaat aku kecil,aku selalu disayangi orang tua, tapi saat kita sudah besar, kita harus menyayangi orang tua kita. Aku mempunyai cita-cita menjadi dokter karena saat aku kecil waktu itu aku sedang sakit dan aku dibawa ke dokter. Dan saat itu aku akan menjadi dokter karena waktu itu aku sedang melihat seseorang yang kesakitan, dan aku melihat seorang dokter yang berjuang untuk mengobati pasien itu. Betapa besar jasa seorang dokter ketika mengobati pasiennya. Dan aku akan belajar sepandai-pandainya agar aku dapat meraih cita-citaku menjadi dokter.
Dan dokter telah berjuang demi pasiennya yang sedang sakit. Jasa seorang dokter tak akan aku lupakan. Karena dokter membantu dan berkorban untuk membantu menyembuhkan penyakit seseorang yang sedang melawan kesakitan. Tak akan kulupakan jasa seorang dokter yang amat besar memperjuangkan nyawa seseorang. Jika kau sakit, kau membantu menyembuhkanku, jasa mu tak ternilai dengan uang. Aku akan mengingat jasa mu yang mulia, tak akan kulupakan jasamu yang sangat besar.
Jika tak ada kau, orang –orang akan kesulitan menghadapi penyakit yang dideritanya. Karena itu aku akan menjadi dokter supaya bisa membantu orang-orang yang kesakitan.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...