ARSITEK


Sejarah

Arsitektur terbentuk karena adanya kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan kebutuhan ini menuntut perlakuan/cara menyikapi obyek(bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian sampai sekarang masih diterapkan di banyak tempat di dunia.
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Masyarakat lebih banyak terkonsentrasi di daerah pedesaan dan didominasi pola hidup pertanian.Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban.
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan.
Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek perorangan, melainkan oleh para seniman/ ahli keterampilan bangunan yang dihimpun dalam satu asosiasi untuk mengorganisasi proyek.

Pada masa Renaissance (pencerahan), humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Perkembangan jaman yang diikuti revolusi berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan penemuan bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, menuntut para arsitek untuk mengadaptasi fokus dari aspek teknis bangunan kepada estetika (keindahan bentuk).
Kemudian dikenal istilah "arsitek aristokratik" yang lebih suka melayani bouwheer (owner/Client) yang kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Contohnya, Ecole des Beaux Arts di Prancis pada abad 19 mengkader calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa mengiraukan konsep yang kontekstual.
Sementara itu, Revolusi Industri menggerakkan perubahan yang sangat drastis yang membuka diri bagi masyarakat luas, sehingga estetika dapat dinikmati oleh masyarakat kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mewah, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.

Keadaan tersebut menimbulkan perlawanan dari seniman maupun arsitek pada awal abad ke-20, yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang mengilhami Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi bahan-bahan bangunan buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menafikan sejarah masa lalu dan cenderung menempatkan arsitektur sebagai perpaduan skill ,seni, dan teknologi.

Ketika Arsitektur Modern mulai dikembangkan, ia merupakan sebuah elit terkemuka berlandaskan filosofis,moral, dan estetis. Konsep perencanaan kurang mengindahkan sejarah dan condong kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Peran Arsitek menjadi sangat penting dan dianggap sebagai "kepala/pimpinan". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi massal yang sederhana dan relatif murah sehingga mudah diperoleh.
Dampaknya, bangunan di berbagai tempat memiliki bentuk yang mirip/cenderung tipikal. Tidak ada ciri khas ataupun keunikan bangunan Arsitektur Modern ini, masyarakat umum mulai jenuh menerima arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan,keseragaman, serta kesan-kesan psikologisnya. Sebagian arsitek berusaha menghilangkan kesan buruk ini dengan menampilkan Arsitektur Post-Modern yang membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengabaikan konsepnya.
Arsitektur Post Modern ini lebih dikenal sebagai arsitektur yang "mengawinkan" dua code/langgam/style. Misalnya, antara yang antik dan modern, antara maskulin (bangunan dengan struktur lebih dominan) dan feminin (kecantikan eksterior dominan ), antara western dengan timur, yang kuno dengan yang baru ,dll.

Sedangkan kalangan lain baik arsitek maupun non-arsitek menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofi atau estetika secara perorangan, melainkan haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan mengunakan teknologi untuk mewujudkan lingkungan yang dapat dihuni. Design Methodology Movement yang melibatkan tokoh-tokoh Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih terbuka dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Analisa terperinci dalam berbagai bidang seperti behaviour,habitat, environment, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.Mereka berharap bahwa arsitektur merupakan bahasa yang komprehensif untuk menjadi media antara kebutuhan dan pelaksanaan proyek.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya.

Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, di kota Semarang, karya Thomas Kaarsten ,arsitek peranakan jawa-belanda banyak mendominasi bangunan Belanda di Semarang. 



Apakah Arsitektur ?

Arsitektur bukanlah barang baru, sejak dulu menjadi bahan perbincangan, diskusi dan kekaguman bahkan ada pula yang dinista. Sampai kinipun cukup banyak pendapat dan telaah tentang arsitektur. Mulai dari metode merancang, teori, sampai pengaruh dan apresiasi arsitektur. Tak heran jika arsitektur memiliki definisi yang banyak dan beragam. Pada zaman Vitruvius arsitektur identik dengan gedung (termasuk kota/ benteng, aquaduct/instalasi air) tetapi kini kata arsitektur juga dipakai oleh disiplin ilmu lain seperti istilah arsitektur computer, arsitektur internet, arsitektur kapal, arsitektur strategi perang bahkan ada istilah arsitektur parsel. Secara gamblang istilah-istilah itu merujuk pada gagasan atau ide rancangan yang akan diwujudkan menjadi nyata.
Secara spesifik arsitektur adalah keseluruhan proses mulai dari pemikiran/ ide/ gagasan, kemudian menjadi karya/ rancangan, dan diwujudkan menjadi hasil karya nyata yang dilakukan secara sadar (bukan berdasarkan naluri) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan ruang guna mewadahi aktivitas/ kegiatannya yang diinginkan serta menemukan eksistensi dirinya.
Alam ini adalah ruang nir-batas, ruang hidup manusia bersama binatang, tumbuhan dan ruang bagi benda-benda alamiah. Berarsitektur dilakukan secara sadar bukan secara naluri oleh karena itu berarsitektur hanya bisa dicetuskan setelah melalui proses belajar. Melalui proses belajar arsitektur menjadi dinamis terus berkembang integral dengan perkembangan budaya/kegiatan manusia. Gua adalah benda alamiah, fenomena kerja alam yang kemudian diintervensi oleh manusia guna memenuhi kebutuhan akan tempat berteduh. Ketika gua dirasa sudah tidak dapat lagi memenuhi perkembangan kegiatan, manusia mulai berpikir untuk membuat shelter yang kemudian berkembang dan akhirnya tercipta rumah. Berbeda dengan burung yang secara naluri membuat ruang (sarang) tempat bertelur dan membesarkan anak-anaknya dari dulu hingga kini wujud sarang, tidak ada yang berubah baik bentuk, struktur maupun materialnya.
Ketika manusia mulai membuat rumah, manusia mengintervensi alam dengan teknologi. Kemudian, karena kesadaran akan keindahan merupakan naluri alami manusia, maka ke dalam semua tradisi berarsitektur masuklah unsur seni/estetika. Ketika kekuatan alam sangat berpengaruh maka arsitektur akan didominasi oleh struktur/teknologi (contoh: Arsitektur Jepang), tetapi ketika kekuatan alam tidak terlalu berpengaruh maka arsitektur didominasi oleh unsur seni/ art (Arsitektur Eropa). Pada awal masa jayanya arsitektur, unsur art menjadi lebih dominan. Dalam perkembangan selanjutnya ketika terjadi revolusi industri dan teknologi menjadi sesuatu yang sangat di-gandrungi maka sekelompok filsuf berpandangan bahwa seharusnya arsitektur didominasi oleh teknologi. Issu inipun menjadi debat kusir (Ecole de Beaux Arts vs Ecole Polytechtique di Perancis dan Harvad vs MIT di USA). Jadi, jika arsitektur tidak pure termasuk kelompok seni juga tidak pure termasuk kelompok teknologi.


Dimanakah posisi arsitektur?

Arsitektur berpijak diantara keduanya. Seni dan teknologi bagaikan dua kutub yang berseberangan dan aspek nilai guna satu titik lain di atasnya, sehingga membentuk segitiga (bentuk stabil). Seni dan teknologi harus seimbang saling mengisi, bagaikan tubuh dan roh. Arsitektur yang didominasi oleh teknologi akan terasa hambar, kaku, monoton untuk itu diperlukan seni. Arsitektur yang didominasi oleh seni akan terasa mubazir, over acting dan diragukan kekuatannya. Arsitektur yang tidak memenuhi aspek nilai guna adalah sampah (seperti garam yang tidak asin).


Apakah seni dalam konteks arsitektur ?

Nilai estetika seni dalam arsitektur memang sulit diukur, penilaian orang terhadap sesuatu apakah esteik atau tidak memang sangat relative. Namun dapat kita sederhanakan klasifikasi dari kategori estetika menjadi : keindahan beauty (adanya relasi formal antara harmoni dan proporsi); kesenangan pleasure (adanya relasi fungsional antara efisiensi dan kenyamanan); kesukaan delight (adanya relasi makna antara asosiasi dan selera). Unsur seni/estetika dalam arsitektur tidak sebatas ornament sebagai unsur dekoratif tetapi keseluruhan bentuk unity dari objek nyata arsitektur dan lingkungannya. Bentuk struktur bangunan atau material bangunan juga dapat bernilai estetis jika memenuhi 4 kategori diatas. Dengan unsur teknologi, seni dan nilai guna, 


Apakah arsitektur dapat disebut ilmu ?

Bilamanakah disebut ilmiah? Jika memlilki metode, kebenaran dan sistematis. Cara atau jalan untuk mencari kebenaran dalam ilmu disebut metode. Kebenaran adalah kesesuaian antara pengetahuan dan objeknya. Objek, metode dan kebenaran dapat di susun satu persatu sehingga membentuk dan mempunyai arti dalam satu keseluruhan.
Pengetahuan yang dimulai dari aspek nilai guna ini pada awalnya dipandang rendah oleh para teoritisi, terutama para pemikir di Yunani. Sejarah mencatat, dalam perjalannya arsitektur telah mengembangkan diri demi pencapaian kebenaran, hingga akhirnya ilmu pengetahuan arsitektur nyaris setingkat dengan ilmu-ilmu pengetahuan lain. Pada akhir abad ke-19 arsitektur mulai dibuka sebagai satu departemen/jurusan tersendiri sehingga profesi arsitektur semakin diakui(naik kelas tidak setara lagi dengan budak). Jadi, supaya tetap eksis sebagai ilmu pengetahuan, arsitektur tidak saja harus mengandung unsur seni, teknologi (pengetahuan praktis) dan nilai guna tetapi harus terus melakukan pengembangan pengetahuan arsitektur itu sendiri. Tidak boleh mandek pada satu kebenaran pengetahuan arsitektur yang semu atau yang bukan hakekat kebenaran pengetahuan arsitektur.



DUNIA KEKARYAAN ARSITEK

Bidang karya arsitektural relatif sangat luas. Arsitek dapat berperan di dalam mendukung Perencanaan Kota (Urban Planning), dapat berperan di dalam mendukung Perancangan Kota (Urban Design), dapat berperan di dalam Perencanaan dan Perancangan Lingkungan/Kawasan, dapat berperan di dalam Perencanaan dan Perancangan Bangunan, Perancangan Interior (Ruang Dalam) Bangunan, Perancangan Taman, Perancangan Meubel, dapat berperan sebagai Pelaksana Pembangunan (Kontraktor), dapat berperan di dalam Perusahaan Perabot (Meubel), dapat berperan sebagai Surveyor dan/atau Quantity Surveyor untuk memprakirakan anggaran dan biaya pembangunan, dapat berperan sebagai Tenaga Pendidik, dapat berperan sebagai Peneliti, arsitek dapat berperan di dalam Industri Bahan Bangunan, dan dapat berperan di dalam bidang jasa konstruksi lain.



Teori dan Praktek

Teori sangatlah penting untuk menjadi landasan acuan, walaupun juga tidak boleh mendominasi secara ekstrim. Kenyataanya, banyak arsitek mengabaikan teori dalam perencanaan dan perancangan. Vitruvius juga berkomentar:
"Praktek dan teori adalah akar arsitektur. Praktek pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya yang didapatkan dalam proses perenungan, dalam proses mendayagunakan bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang tidak memiliki landasan teori kuat tidak akan dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktek hanya berpegang kepada "imajinasi" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktek, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan".




Bagaimanakah strategi agar pengetahuan arsitektur dapat berkembang dalam rel hakekat kebenaran arsitektur ?

Berbeda dengan disiplin ilmu murni yang cenderung deskriptif - analitis, pengetahuan arsitektur lebih cenderung prespektif - sintesis. Pengembangan pengetahuan arsitektur berhubungan dengan lembaga pengajaran/ pendidikan. Kenyataan saat ini (tanpa mencari kambing hitam) para lulusan universitas jurusan arsitektur umumnya adalah produk practice oriented atau menjadi arsitek tukang. Akibatnya arsitek tukang kadang tersesat pada kebenaran arsitektur yang semu. Karena tidak memiliki dasar pemahaman tentang asritektur yang kuat arsitek tukang cenderung mencontoh pada karya arsitektur yang telah ada, misalnya bentuk kubah pada atap dan selubung bangunan Ratu Mall Makassar maka bentuk selubung bangunan sejenis men-duplikasi bentuk tersebut (Mall Panakukang dan Mall GTC termasuk karya-karya Tugas Akhir mahasiswa S1 UNHAS masa itu) padahal belum tentu bentuk selubung bangunan tersebut sesuai dengan konteks lingkungan fisik/alam dan budaya di Makassar (chaotic). Akibatnya ada konsekwesi-konsekwensi yang harus di bayar antara lain hilangnya ciri khas arsitektur setempat (local genius), ketergantungan pada energi (untuk peng-kondisian udara dan pencahayan). Itulah celakanya jika objek arsitektur yang dijadikan contoh (dianggap suatu kebenaran) ternyata pada waktu yang panjang (long term)malah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan dimana objek arsitektur itu berada (ternyata kebenaran yang semu ).
Model pendidikan arsitektur yang practice oriented harus diganti dengan kegiatan riset akademik. Dalam kegiatan riset akademik telah tercakup filsafat ilmu yang dapat dijadikan landasan intelektual bagi kegiatan keilmuan.



Arsitek dan Estetika Bangunan

Tentu saja perlu dan cukup penting agar estetika bangunan lebih mudah dipahami dengan suatu alat, karena biasanya estetika ukurannya berbeda bagi setiap orang. Sama seperti sebuah bahasa, bila tidak ada bahasa, maka pengetahuan tidak tertularkan. Dalam arsitektur, estetika adalah sebuah bahasa visual, yang tidak sama dengan beberapa bahasa estetika yang tidak visual, seperti bahasa itu sendiri. Estetika dalam arsitektur memiliki banyak sangkut paut dengan segala yang visual seperti permukaan, volume, massa, elemen garis, dan sebagainya, termasuk berbagai order harmoni, seperti komposisi.


Estetika yang berbeda dicari untuk mendapatkan pengalaman estetis lain, misalnya turis luar negeri datang ke Bali. Estetika meskipun berkaitan dengan 'rasa' saat melihat bangunan juga dapat dibangun melalui aplikasi teori arsitektur. Inilah mengapa estetika patut dibahasakan dan dibahas dalam alat yang bernama komunikasi. Estetika dapat dimengerti dan dikembangkan melalui pemahaman berbagai hal menyangkut teori estetika, menjadi dasar bagi banyak cabang seni. Namun melihat berbagai dimensi yang mempengaruhi bagaimana seorang manusia mengapresiasi keindahan, estetika hanyalah sebuah media untuk mencoba menjelaskan apa yang disebut indah, namun tidak pernah bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dalam benak seseorang berkaitan dengan sensasi keindahan. Dalam teori tentang estetika, dicoba dijelaskan berbagai sisi yang 'tersentuh' oleh keindahan sebuah obyek. Jadi, apa yang indah bagi saya belum tentu indah bagi Anda.

Mengapa preferensi berbeda? Apakah melulu hanya sebuah perbedaan genetika atau faktor psikologis? Sebuah bangunan bisa jadi menarik bagi seseorang, namun tidak untuk yang lain. Determinasi estetika dalam pikiran tidak melulu ditumbuhkan melalui faktor-faktor eksternal yang hadir dari luar seorang subyek, namun juga hadir dari perangkat pengenalan dalam dirinya. Karenanya arsitektur tidak selalu cukup hanya dipelajari melalui ilmu estetika yang dangkal dan obyektif semata, perlu pendekatan subyektif untuk mengetahui sebuah preferensi.

Karenanya, arsitek yang berhasil dengan sebuah obyek arsitektural biasanya berhasil dengan mengetahui lebih jauh tentang sisi subyektif klien, misalnya dengan proses berbincang-bincang dengan seorang klien. Ini menjadikan arsitektur yang didasarkan pada intuisi saat mendesain, selain bisa juga merupakan wadah kreativitas dari implementasi teori estetika.

Keindahan memang subyektif, dalam diri setiap orang, pendapat tentang nilai estetika sebuah bangunan seperti misalnya rumah tinggal, dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain;
subyektifitas diri sendiri. Sensasi hanya dimungkinkan bila fungsi biologis tubuh kita yang berkaitan dengan fungsi sensasi dan persepsi dalam keadaan normal; misalnya mata bisa melihat, hidung bisa mencium, pikiran dalam keadaan normal/perseptif. Mampukah suatu obyek menggairahkan 'limbic' dalam otak kita sehingga merasa adanya kenikmatan saat berkontak dengan sebuah obyek arsitektural. Kenikmatan yang didapatkan itu menjadikan otak kita mengatakan sesuatu itu 'indah'. 


pengaruh dari lingkungan/masyarakat tentang apa yang disebut indah. Antara lain:
pendidikan : apa yang ditanamkan dunia edukasi tentang keindahan, mungkin merupakan suatu pandangan yang ditekankan terus-menerus dan boleh jadi mengakar pada diri kita, serta metode untuk mengapresiasi suatu obyek juga merupakan suatu metode yang ditekankan secara terus-menerus.


opini yang berkembang di masyarakat. Kebanyakan melalui media, estetika diperkenalkan sebagai konsensus dalam skala tertentu, apakah regional, kolonial, dan disebarluaskan dengan berbagai cara. Terkadang estetika yang diperkenalkan dimaksudkan untuk mendukung sebuah industri terkait tren arsitektur, seperti industri perumahan. Estetika yang merupakan ideal suatu teritorial berbasis tradisi juga dapat memberi pengaruh teramat besar. 


pilihan yang diberikan oleh situasi, hanya pilihan yang memungkinkan akan dipilih digunakan dalam rancangan si arsitek.





Tips Memilih Arsitek


Memiliki rumah tinggal yang bagus dan sesuai selera serta gaya hidup, tentulah dambaan semua orang. Hal seperti itu belum tentu bisa diwujudkan apabila kita membeli rumah jadi. Sebab membeli rumah jadi berarti kita memakai desain dan konsep orang lain. Belum tentu desain tersebut sesuai dengan keinginan dan gaya yang kita miliki. Lalu bagaimana agar bisa memiliki rumah yang menjadi idaman kita? Caranya dengan mengonsep, mendesain, dan membangun sendiri sebuah rumah tinggal.

Untuk itu diperlukan perancang bangunan (arsitek) yang bisa mentransfer ide dan keinginan kita ke dalam sebuah rancangan bangunan. Dengan memilih seorang arsitek yang benar-benar berkualitas, gambaran tentang sebuah rumah ideal yang ada dalam pikiran kita bisa menjadi kenyataan.

Seorang arsitek dalam mendesain bertugas merancang segala sesuatu yang berkaitan dengan rancang bangunan hingga akhirnya menjadi sebuah bangunan. Di sini sudah termasuk proses pengawasan hingga bangunan jadi.

Tugas arsitek dalam desain bermula dari permintaan atau pesanan klien. Mereka kemudian mengonsep permintaan dan keinginan klien itu ke dalam sebuah rancangan yang didasarkan pada standardisasi ilmu arsitektur. Pada proses ini arsitek akan memberikan saran kepada klien tentang bentuk bangunan yang sesuai dengan keinginan dan kondisi tekstur tanahnya.

Memilih arsitek yang bisa menerjemahkan keinginan kita tentu tidak mudah. Berikut ini beberapa hal yang perlu Anda lakukan sebelum memilih arsitek yang akan mengonsep rumah atau bangunan Anda.

1. Kenali gaya-gaya arsitektur untuk diwujudkan dalam rumah Anda. Anda bisa memilih gaya global, seperti gaya minimalis, klasik, mediteranean, Bali etnik, Bali modern,dll

Setelah menentukan gaya apa(yang akan dipakai untuk desain interior/desain eksterior), barulah Anda memilih seorang arsitek yang bisa menerjemahkan kemauan dan gaya yang Anda tentukan tadi. Makin jelas keinginan dan gaya yang Anda kehendaki, makin mudah bagi arsitek untuk mewujudkannya dalam sebuah rancangan bangunan.

2. Setiap arsitek rumah tinggal, khususnya yang sudah berpengalaman dalam Desain Arsitektur, akan memiliki gaya dan kekhasan tersendiri yang menjadi trade mark-nya. Kenali karya-karya arsitek yang hendak Anda pilih. Tentukan pilihan pada arsitek yang memiliki gaya sesuai dengan keinginan dan gaya yang Anda miliki. Kesesuaian ini akan makin memperbesar kemungkinan terwujudnya gaya rumah tinggal impian Anda (desain interior/desain eksterior yang anda inginkan)

3. Arsitek rumah tinggal yang baik akan berusaha semaksimal mungkin menerjemahkan keinginan dan gaya Anda ke dalam sebuah rancangan. Jika Anda sudah memutuskan untuk memilih seorang arsitek, maka pada proses berikutnya diperlukan diskusi dan kerja sama yang baik antara Anda dengan sang arsitek. Sering-seringlah mengadakan diskusi dan tukar pemikiran agar arsitek benar-benar memahami apa yang menjadi keinginan Anda.




Mengapa perlu arsitek?


Top of Form

Tanah yang kita beli dan siap untuk dibangun, sebaiknya di desain dengan sebaik-baiknya agar tidak percuma kita bersusah payah. Rumah tinggal yang akan kita bangun adalah rumah tinggal yang mungkin akan kita tinggali untuk waktu yang relatif lama. Bila kita membangun rumah, biasanya kita membangun untuk kepentingan keluarga dan masa depan. Rumah perlu didesain dengan baik agar sesuai dengan gaya hidup dan kepentingan kita sebagai pemiliknya. Adakalanya, seseorang telah memiliki tanah dan berniat untuk membangun rumah. Jasa arsitek dibutuhkan dalam hal ini.

Arsitek rumah tinggal dapat membantu kita merencanakan segala detail yang ada dalam rumah tinggal yang akan dibangun. Misalnya; detail-detail keindahan ruangan, tampilan rumah yang menawan, perletakan ruang-ruang yang sesuai dengan gaya hidup dan kebutuhan kita sehari-hari. Biaya untuk menyewa jasa arsitek juga merupakan pertimbangan, dan biasanya biaya tersebut diberikan berdasarkan pertimbangan seorang arsitek pada kemampuannya, atau pada standar tarif yang berlaku secara umum dalam wilayah arsitek tersebut. Sebaiknya jangan mudah percaya pada arsitek yang memberikan harga terlalu murah, atau bahkan gratis, karena hasil desain sama sekali tidak ada jaminan. Fee seorang arsitek bisa jadi menunjukkan kualitas arsitek tersebut. Sesuaikan pula dengan budget Anda, dan sebaiknya Anda mengetahui hasil karya arsitek tersebut sebelumnya.

Seseorang bisa saja membuat denah, perkiraan tampilan dan sebagainya, kemudian menyerahkannya kepada tukang. Pertanyaannya adalah; apakah banyak segi pertimbangan dalam merencanakan desain rumah telah terpenuhi? Hal-hal yang menjadi pertimbangan antara lain; estetika dan keindahan desain rumah, struktur konstruksi rumah yang terencana, perletakan ruang-ruang secara tepat dan fungsional. Para arsitek telah mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan dalam profesinya, antara lain kemampuan menggubah komposisi bangunan agar indah, memperhatikan faktor kesehatan bangunan sehingga penghuninya tidak dirugikan dengan desain yang merusak kesehatan.

Namun, tidak sembarang arsitek dapat memenuhi kebutuhan Anda, karena arsitek yang baik adalah arsitek dengan pengalaman mendesain dan pengalaman lapangan yang baik. Sebenarnya, ketika ingin menggunakan jasa arsitek, tanyakanlah dulu kepada arsitek tersebut proyek apa saja yang telah dijalankannya, dan biarkanlah arsitek tersebut memberikan penjelasan tentang bagaimana prinsip proses desain yang biasa dilakukannya. Sebaiknya kita memilih arsitek yang perhatian dan mampu menerima aspirasi kita, kemudian menjadikannya dasar perencanaan rumah tinggal kita. Tanyakanlah pula pada arsitek tersebut, ide apakah yang terlintas dalam benaknya dalam proses desain tersebut, dan adakalanya arsitek akan muncul dengan ide-ide menarik yang tidak kita duga sebelumnya.

Arsitek yang baik akan memperhatikan kebutuhan ruang yang kita inginkan, budget yang kita miliki, dan berkehendak untuk memberikan desain rumah yang terbaik yang dapat diberikannya. Kadangkala, bahkan meskipun kita telah menyewa jasa arsitek yang terkenal dan cukup banyak pula hasil desain yang dimilikinya, hasil desain tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan kita akan sebuah rumah tinggal yang ideal. Dalam hal ini, kita perlu melihat pada contoh desain rumah yang dimilikinya dan pada saat berbicara dengan arsitek tersebut, kita dapat memperkirakan apakah cukup baik menyewa jasanya, apakah arsitek tersebut tidak terlalu sibuk sehingga desain kita terbengkalai, dan sebagainya.

Dalam proses desain, yang terjadi adalah sebuah tarik-menarik antara berbagai faktor dalam proses rancangan rumah tersebut, antara lain keinginan klien, faktor ekonomi, sosial, budaya setempat, serta keinginan dan ide arsitek tersebut. Dalam proses desain yang kita lakukan bersama arsitek, hal-hal tersebut perlu diperhatikan dengan seksama. Bila keinginan kita terlalu mendominasi, akibatnya desain arsitek mungkin tidak kreatif dan jasa arsitek tersebut kurang efisien karena tertekan dengan keinginan kita. Bila arsitek terlalu mendominasi, hasil desain mungkin hanya sebagai eksperimen arsitek yang ambisius dan tidak sesuai dengan klien dan lingkungan. Faktor-faktor lain seperti ekonomi (budget), keadaan lingkungan dan budaya dalam lingkungan setempat juga patut untuk diperhatikan.

Sehingga, adanya dialog dan proses dalam desain adalah hal yang musti ada, sehingga terjalin hubungan baik antara kita dan arsitek, dan kemudian desain yang baik diharapkan lahir. Selamat mencari arsitek.



Kiat dan Tips Hemat Membangun & Merenovasi Rumah

Bagaimana mungkin desain arsitektur yg bikin mahal desain bangunan rumah tinggal anda ?

Desain Arsitektur hanya 0,7 s/d 2,8% dari seluruh biaya membangun sebuah rumah tinggal, yaa…., kembali hanya 0,7 s/d 2,8% (tergantung scope pekerjaan) dari semua pengeluaran belanja bahan bangunan dan bayar tukang / buruh bangunan.

Ya, kadang Desain Arsitektur / Design Architecture malah lebih murah dari harga WC yang anda beli. Hahahaha…. jadi bagaimana mungkin ada pendapat yang mengatakan mau ’ngirit’ biaya membangun rumah dengan tidak menggunakan jasa Arsitektur desain ( Design Architecture ). Ini berarti dia hanya bisa ’ngirit’ 2,8%, padahal dari yang 97,2% biaya desain bangunan lainnya potensi akan terjadi banyak sekali kesalahan sangat tinggi; tiap kesalahan berarti pengeluaran uang tanpa guna.

Beberapa kesalahan yang bisa timbul bila anda membangun rumah dan merenovasi bangunan tanpa menggunakan jasa Arsitektur Desain :

- Kesalahan pada bentuk bangunan arah dan tata-letak massa bangunan.

- Kesalahan tata letak ruangan dalam bangunan ( desain interior )

- Kesalahan ukuran dan orientasi ruangan ( desain eksterior )

- Kesalahan perletakan pintu jendela dan bentuk pintu

- Kesalahan proporsi tinggi bangunan

- Kesalahan pemilihan dan ukuran atau campuran bahan bangunan

- Kesalahan konsep dan type bangunan

- Kesalahan cita-rasa dan gaya bangunan ( desain interior dan desain eksterior ), dll.

Hal di atas akan berdampak sangat merugikan disisi anda. yah, tanpa sadar akan banyak sekali pengeluaran yang menggerogoti dompet anda. Ya, tanpa sadar karena tak terhitung, sulit dihitung, dan sudah tidak bisa dihitung lagi, sering malah sudah malas dihitung lagi karena sudah kadung terlanjur, dan juga karena kesibukan di’cecer’ permintaan, pendapat dan saran pemborong / mandor / tukang yang jalan keluarnya anda sendiri tidak tahu, hingga akhirnya yang terpikir hanya ’asal jadi saja bangunannya’.

Jadi kalau mau ’ngirit’ membangun rumah, awasi yang paling potensial membawa kerugian, yaitu yang 97,2% tadi. Bagaimana caranya ? Gunakan yang 0,7 s/d 2,8% itu. Gunakan Jasa Desain Arsitek ( arsitektur desain )yang berpengalaman. Dengan Gambar Desain Arsitek yang berpengalaman, kesalahan-kesalahan sewaktu pembangunan dapat dihilangkan, kesalahan-kesalahan beli bahan bangunan dapat ditiadakan. Dalam Gambar Lengkap Arsitektur semua detail sudah diselesaikan, jadi Pemborong / Mandor / Tukang tidak banyak merepotkan anda.

Nb. Arsitek yang berpengalaman adalah Arsitek yang berpengalaman di semua lini pekerjaan, pengalaman dalam Konsep Desain, pengalaman dalam Pengembangan Desain, pengalaman dalam Gambar Kerja, pengalaman dalam Pengawasan. Lihat CV nya, lihat pengalaman kerjanya di Konsultan yang terkenal reputasinya, lihat contoh gambar hasil desainnya. 

Dan bertanyalah desain apa saja yang pernah dikerjakan oleh si arsitek secara spesifik seperti misalnya : desain rumah tinggal, desain cafe, desain ruko, desain villa mewah, desain kantor, desain minimarket. Belum lagi masalah style desain dari arsitek : apakah minimalis, klasik, tropis modern, Bali etnik, mediteranean, dll. Kesemua faktor diatas harus disesuaikan dengan kebetuhan anda sehingga anda menemukan arsitek yang tepat untuk kebutuhan desain anda. 



Kesimpulan

Bangunan adalah hasil karya manusia yang paling nyata, dan merupakan kebutuhan utama manusia. Tetapi kenyataannya, banyak sekali bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau mandor-tukang batu di negara-negara berkembang, sedang di negara maju diproduksi secara "massal" sebagai produk tipikal seperti orang memproduksi baju.
Arsitek sering disisihkan dalam pembangunan, hanya karena masalah biaya dan prosedural. Keahlian arsitek hanya dibutuhkan dalam pembangunan bangunan berskala besar, atau bangunan yang memiliki makna ekonomi/ budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur,sedangkan bangunan lain, yang dianggap sederhana ataupun berskala kecil mungkin cukup dirancang oleh mandor-mandor yang mendapatkan ilmunya dari proses pengalaman empirikal di lapangan.
Peran arsitek, selalu turun-naik mengikuti perkembangan jaman, tidak pernah mendominasi dan tidak pernah terlepas dari masyarakat sebagai pribadi bebas. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan arsitek antara owner dengan arsitek, dan antara arsitek dengan bidang terkait lainnya.Dan hasilnya adalah sebuah output yang disebut arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu yang solid.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...