Sukses dan Pengorbanan

Sabtu, 31 Maret 2012

Kalau anda ingin menemukan rahasia kesuksesan seseorang, telusurilah berapa besar pengorbanan yang ia persembahkan buat kesuksesannya dan untuk apa atau siapa pengorbanan itu dipersembahkan. Kemuliaan dan kesuksesan seseorang berbanding lurus dengan berapa besar dan untuk apa atau siapa pengorbanan itu dipersembahkan. Orang yang banyak berkorban dan tujuan berkorbannya adalah mulia, akan menggapai kesuksesan dan kemuliaan. Sebaliknya orang yang hanya berpangku tangan atau berkorban untuk tujuan yang tidak baik, ia akan mendapatkan kerendahan dan kenistaan hidup.




Banyak ayat melarang sikap berangan-angan semata-mata dan tidak berbuat maksimal, sementara harapan sangat tinggi dan cita-cita adalah yang terbaik, diantaranya:


1. Allah berfirman; “(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak pula menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun”.(QS.an Nisa’: 123-124)

2.Allah berfirman: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orang-orang yang bersabar”. (QS.Ali Imran : 142)

3.Allah berfirman: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ?. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ”Bilakah datangnya pertolongan Allah?”. Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (QS.Al Baqarah : 214).



Setiap tahun disyariatkan merayakan Ied al Qurban, sebuah sunnah untuk mencontoh ibadah Nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim patut dijadikan panutan dalam hal ini, karena semua hal yang beliau cintai, dikorbankan untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi. Setelah berusaha mengajak orang tuanya untuk menganut agama yang benar, hasilnya bukan orang tuanya yang masuk ke agama Ibrahim bahkan beliau mau dirajam dan diusir oleh orang tuanya. Beliau juga sanggup mengorbankan diri dengan dicampakkan ke dalam api. Kemudian, atas perintah Allah, beliau harus berpisah lama dengan anaknya Ismail dan isterinya Hajar. Saat bertemu kembali, Ismail sedang tumbuh remaja. Masih dalam suasana melepas rasa rindunya, tiba-tiba beliau bermimpi diperintah Allah untuk menyembelih anaknya. Semua pengorbanan yang dipersembahkan Ibrahim adalah dalam rangka mempertahankan prinsip aqidah. Karena pengorbanannya ikhlas untuk Allah swt, maka janji Allahpun berlaku, beliau ditolong Allah dan dimantapkan hatinya untuk menapaki jalan Allah. Beliau selamat dari api yang membakar dan Ismail yang sedianya sudah pasrah untuk disembelih, diganti oleh Allah dengan seekor kibas. Wajarlah Ibrahim meraih sukses besar dengan menyandang gelar “Khalilullah” (hamba yang paling dicintai Allah). Nama beliau diabadikan dalam shalawat bergandengan dengan nama Nabi Muhammad saw. dan beliau selalu dialiri amal jariah setiap kali orang melaksanakan sholat, thawaf dan berkunjung ke Masjidil Haram.




Dari Nabi Ibrahim terdapat banyak pelajaran, diantaranya:
1. Pengorbanan total Nabi Ibrahim berangkat dari keyakinannya yang penuh akan kebenaran risalah yang beliau emban. Kemantapan iman beliau tidak lepas dari hasil tafakkur akan kebesaran Allah di alam semesta, serta secara empirik beliau melihat secara nyata janji Allah telah turun kepadanya.
2. Akidah yang benar akan membuat orang siap untuk mengorbankan segalanya di jalan Allah.
3. Pengorbanan yang benar akan berbuah sukses dunia dan akhirat. Di dunia, Nabi Ibrahim menemukan ketenangan hidup yang tiara taranya. Beliau dikaruniai isteri dan anak-anak yang saleh. Di akhirat, beliau insya Allah akan mendapatkan tempat yang istimewa di sisi Allah swt.
4. Pengorbanan adalah harga yang harus dibayar untuk menggapai sukses. Ingin mendapatkan prestasi besar tanpa pengorbanan adalah mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan.
5. Pengorbanan yang ikhlas untuk menegakkan kalimat Allah adalah amal jariah yang akan berbuah sepanjang masa.
6. Menyembelih hewan kurban merupakan salah satu sarana pembelajaran agar seorang terbiasa untuk berkorban yang lebih besar di jalan Allah.



Dalam Surat al Fatihah kita selalu dituntun untuk meniti jalan orang-orang terdahulu yang telah mendapatkan nikmat berupa kesanggupan memanfaatkan seluruh hidup mereka untuk berkorban di jalan Allah. Mereka adalah kelompok para Nabi, shiddiqin (orang yang penuh keyakinan membenarkan perintah Allah dan rasul-Nya, dan dengan keyakinannya, mereka mengamalkannya dengan penuh kesungguhan), syuhada (orang yang mengorbankan harta dan jiwanya untuk menegakkan agama Allah) dan shalihin (orang-orang yang mengorbankan seluruh waktunya untuk berbuat baik). Sebaliknya kita diminta untuk memohon agar tidak mengikuti jalan orang-orang yang ingin masuk syurga hanya dengan angan-angan dan atau orang-orang yang mengorbankan seluruh waktunya untuk berbuat kerusakan.

Kesuksesan hakiki adalah kemampuan untuk selalu berada di jalan Allah demi mempertahankan prinsip akidah. Kematian dalam pengorbanan ini di mata Allah adalah salah satu bentuk kemenangan. Kesuksesan menegakkan cita-cita akidah di dunia hanya merupakan salah satu kebahagiaan yang diselegerakan di dunia.

Manusia ditakdirkan bertabi’at susah berkorban di luar kepentingan sendiri. Kebanyakan manusia hanya berpikir untuk kepentingan diri sendiri dan sangat bakhil berkorban untuk orang lain. Allah swt berfirman : “Manusia itu menurut tabiatnya adalah kikir” (QS.4:128). Tetapi tabiat seperti ini bukan tidak ada obatnya, karena dalam lanjutan ayat ini Allah berfirman: “Andaikan kamu berbuat ihsan dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Obat kekikiran adalah ihsan, taqwa dan menghadirkan selalu rasa pengawasan Allah atas segala perbuatan. Jika penyakit kikir berkorban ini tidak diobati dengan tiga resep di atas, maka mustahil semangat berkorban muncul.
Dari sini dapat ditelusuri akar penyebab merebaknya penyakit individualistis serta munculnya sinisme terhadap orang yang berkorban demi Allah Swt. dan akhirat. Sementara di lain pihak banyak orang yang mengorbankan segalanya untuk dunia karena berprinsip tanpa demikian, dia akan tergilas di dunia, kenapa tidak berbuat serupa agar tidak tergilas di akherat ?.
Belajar dari Nabi Ibrahim, seorang perlu menyadari bahwa surga Allah adalah mahal dan tidak akan diraih kecuali dengan mengorbankan yang terbaik. Caranya ? mari tingkatkan ihsan, takwa dan rasa kepengawasan Allah terhadap diri. Insya Allah sukses dunia dan akhirat bisa diraih. Selamat berkorban di jalan Allah.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...